Sunday, 15 September 2013

Sawadeekap Songkhla

Dari bandara Suvarnabhumi, bertolaklah ke selatan. Nikmati rute penerbangan sejauh 380 mil laut di atas Teluk Thailand menuju bandara Hat Yai. Setelah itu, tempuhlah jalur darat selama 50 menit ke timur laut. Anda akan berada di sini, di 744 km selatan Bangkok. Di sebuah kota berjulukan City on The Mountain. Songkhla.
Songkhla, Thailand
Suatu ketika dalam perjalanan dinas, saya transit di kota pesisir ini. Sebuah hotel kecil yang bernama Sook Som Boon 2 menjadi penginapan saya. Hanya dengan 400 Baht (sekitar 140 ribu rupiah) per malam, fasilitas yang cukup lengkap bisa didapatkan. Atmosfirnya yang nyaman membuat siapapun betah berlama-lama di sini.
  Sook Som Boon 2 Hotel

Esoknya, keberangkatan ke offshore ditunda sehingga saya punya kesempatan seharian di kota ini. Saya putuskan untuk sejenak berkeliling. Mencicipi nuansa Songkhla dan merasakan denyut nadinya.

Padanan aneka warna tertata apik di tiap sudut kota. Menyiratkan hasrat dalam kesederhanaan. Mata seolah berselancar di atas liuk-liuk anggunnya. Sebelum pukul 7 pagi, masyarakat telah hanyut dalam rutinitas mereka. Para pedagang membuka etalasenya, pelajar-pelajar putih biru tertib menyeberang jalan, dan polantas berpatroli dengan motor bebek. Kota ini bangun dari tidurnya.


 Arun Sawad (Selamat Pagi), Songkhla :D 

Masyarakat di sini terbiasa menjaga lingkungan. Jalan-jalan besar didampingi saluran air yang terawat baik. Bila hujan deras mengguyur, masyarakat tidak perlu khawatir akan air yang menggenang. Pemerintah setempat dan masyarakatnya telah sukses menciptakan budaya bersih. Dengan garansi seumur hidup.
Bersih dan Terawat
Di sudut jalan dekat penginapan, berdiri pondok tua yang masih sangat asri. Bangunan kayu ini ternyata memiliki nilai historis penting, yaitu sebagai tempat lahirnya perdana menteri Thailand ke-16. Perdana menteri Prem Tinsulanonda (Thai: เปรม ติณสูลานนท์) lahir di sini pada 26 Agustus 1920. Untuk menggali informasi lebih dalam tentang Songkhla, bertamulah ke Tourist Services Center tepat di sebelahnya.
Tempat Kelahiran Prem Tinsulanonda

Sesaat kemudian, saya kembali ke hotel dan duduk di ruang tamu. Ada kumpulan sepeda diparkir di dalamnya. Dan pemilik hotel memberi tahu bahwa sepeda-sepeda tersebut disewakan. Tanpa basa-basi, langsung saya sambar satu sepeda kecil berkeranjang. Saya menyewanya dengan harga 30 Baht (sekitar 11 ribu rupiah) untuk pemakaian 3 jam. Dari jalan yang lengang, saya meluncur riang. Menembus geliat kota ini, lebih dalam dan lebih jauh lagi.
Sarana Murah Ramah Lingkungan

Sepeda itu saya kayuh kencang ke wilayah utara. Beberapa landmark saya lewati sepanjang jalan menuju pantai. Ornamen-ornamen yang sarat nilai seni melekat bersama karakter kaligrafi sanskrit yang tiada duanya. Auranya mewujud dalam benak saya. Simbol kerajaan yang terpancang di mana-mana merefleksikan kharisma pemerintahan di mata masyarakat.
 
 
Arsitektur Khas
Pesisir pantai kemudian membentang di hadapan mata. Semilir angin membawa pesan selamat datang. Di bawah hangatnya mentari tropis, pepohonan berbaris rapi untuk meneduhkan siapa saja yang berkunjung. Di area luas yang hijau dan sejuk ini, acara piknik pasti akan sangat menyenangkan.
 Pinggir Pantai

Setelah hampir dua jam berkeliling, saya kembali ke hotel. Di sana teman-teman tengah bersiap dengan makan siang. Senyuman paling manis melengkung, Sawadeekap Songkhla.

No comments:

Post a Comment